Masyarakat dan Pedagang di Purwakarta, Keluhkan Tingginya Harga Beras

refubliknews.com,
Purwakarta | Melonjaknya harga beras di pasar membuat masyarakat dan para pedagang mengeluh, sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Purwakarta harga beras masih tinggi. Contohnya, di Pasar Rebo, yang berlokasi di Jalan Kapten Halim, Kelurahan Nagri Kidul, Purwakarta.

Di Pasar Rebo Purwakarta, pedagang menjual beras jenis premiun seharga Rp15 ribu per kilogramnya, padahal jauh sebelum terjadi kenaikan harga dibanderol Rp11 ribu per kilogramnya.

Sedangkan untuk harga beras jenis medium diangka R13 ribu per kilogram padahal sebelumnya harga Rp9 ribu per kilogram.

Kendati demikian, saat ini pedagang tidak menyediakan harga beras di bawah harga Rp10 ribu per kilogram karena sudah tidak ada keuntungan.

Menurut salah satu pedagang di Pasar Rebo Purwakarta, Zaenudin, harga ini bertahan sejak dua minggu terakhir, tidak ada kenaikan atau bahkan penurunan harga.

“Sudah dua Minggu harga stagnan, tidak artinya tidak turun tapi tidak ada kenaikan juga, jadi bertahan di harga Rp 15 ribu, salah satunya ada bantuan sosial dari pemerintah, jadi harga bisa bertahan,” ujar Zaenudin, dikutip pada Sabtu 30 September 2023.

Ia mengatakan, salah satu penyebab naiknya harga beras ini adalah dampak dari musim kemarau yang melanda, sehingga banyak petani yang alami gagal panen, tidak melakukan tanam padi karena tanah kekeringan dan tidak ada air.

“Yang harus di pikirkan itu dua tiga bulan kedepan, karena tidak ada penanaman dan atau panen, maka entah dua tiga bulan harga beras seperti apa karena tidak ada bahan padi, petani tidak nanam,” ujarnya.

Zaenudin juga menjelaskan, saat ini pasokan beras kr tingkat pasar tradisional masih relatif lancar dan itu salah satu alasan beras tidak terus naik, namun yang dikeluhkan pedagang adalah daya beli masyarakat yang menurun drastis. Akibat dari situasi tersebut, ia mengatakan kehilangan omzet hingga 50 persen.

“Pasokan beras aman dan lancar makanya harganya juga masih stagnan, cuma memang pembeli sepi. Penurunan omzet bisa mencapai 40 hingga 50 persen biasa sehari diatas satu ton beras, sekarang 5 kwintal aja susah,” cetusnya.

Sementara itu, Tika salah seorang pembeli yang juga berprofesi sebagai pedagang nasi uduk mengaku, dirinya keberatan dengan tingginya harga beras karena efeknya sangat terasa terhadap masyarakat.

“Beratlah, biasanya harga satu kilo bisa menjadi tujuh bungkus nasi, sekarang kurang, pelanggan kan pengen harganya tetap segitu. Jadi saya kurangin porsi nasinya,” ujarnya.

RN/raffa christ manalu/red

Pos terkait