Indonesia dan China akan Latihan Militer Bersama, Jalan Akuisisi Rudal Yj-12E Kian Terbuka

refubliknews.com, – Jakarta Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin (kanan) saat menerima kunjungan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Rakyat China (RRC), Jenderal Liu Zhenli di Jakarta, Jumat (10/1/2025). Indonesia dan China sepakat akan melakukan latihan militer bersama. (Instagram @kemenhanri)

Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin (kanan) saat menerima kunjungan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Rakyat China (RRC), Jenderal Liu Zhenli di Jakarta, Jumat (10/1/2025). Indonesia dan China sepakat akan melakukan latihan militer bersama. (Instagram @kemenhanri)

Frega berharap, kerja sama di bidang militer ini dapat mempererat hubungan Indonesia dan China yang telah terjalin sejak lama.

Kunjungan Jenderal Liu Zhenli dan arah kerja sama makin erat kedua negara dalam berbagai bidang, mengingatkan kembali minat Indonesia pada senjata China.

Setahun lalu, Indonesia dilaporkan berminat membeli rudal anti-kapal buatan China, Tj-12E.

Rudal yang berbasis di pantai itu sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga kedaulatan wilayahnya yang didominasi laut.

Rencana ini sempat dianggap aneh, karena akhir-akhir ini Indonesia justru lebih sering berkonflik dengan China di lautan, terutama di Laut Natuna Utara.

Konflik menyangkut perbedaan persepsi soal batas teritorial di Laut China Selatan.

China mendasarkan wilayahnya di laut China Selatan dengan peta mereka, Nine-Dash Line (sekarang Ten-Dash Line), sementara Indonesia mendasarkan wilayah pada konvensi internasional hukum laut (UNCLOS).

Tumpang tindih ini sering menimbulkan ketegangan di Natuna Utara.

Namun, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) yang juga Ketua Pengarah Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Budi Gunawan, menegaskan bahwa kerja sama antara Indonesia dan China tidak akan mengganggu kedaulatan dan yurisdiksi Indonesia di Laut Natuna Utara.

Hal ini disampaikan oleh Budi Gunawan pada 14 Novemeber 2024 di Jakarta, seperti dilaporkan bnpp.go.id, 15 November 2024.

Menurut Budi, perjanjian kerja sama yang dirancang oleh Presiden Prabowo Subianto bersama Presiden Xi Jinping dilandasi prinsip saling menghormati dan menguntungkan.

“Kerja sama ini dilakukan sesuai ketentuan undang-undang dan peraturan yang berlaku di masing-masing negara,” ujar Budi.

Frega berharap, kerja sama di bidang militer ini dapat mempererat hubungan Indonesia dan China yang telah terjalin sejak lama.

Kunjungan Jenderal Liu Zhenli dan arah kerja sama makin erat kedua negara dalam berbagai bidang, mengingatkan kembali minat Indonesia pada senjata China.

Setahun lalu, Indonesia dilaporkan berminat membeli rudal anti-kapal buatan China, Tj-12E.

Rudal yang berbasis di pantai itu sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga kedaulatan wilayahnya yang didominasi laut.

Media Malaysia, defencesecurityasia.com, pada 27 Januari 2024 melaporkan, setelah mendapatkan rudal anti-kapal Atmaca dari Turki, Indonesia masih berminat membeli rudal yang mirip dari China, yakni Yj-12E.

Rencana ini sempat dianggap aneh, karena akhir-akhir ini Indonesia justru lebih sering berkonflik dengan China di lautan, terutama di Laut Natuna Utara.

Konflik menyangkut perbedaan persepsi soal batas teritorial di Laut China Selatan.

China mendasarkan wilayahnya di laut China Selatan dengan peta mereka, Nine-Dash Line (sekarang Ten-Dash Line), sementara Indonesia mendasarkan wilayah pada konvensi internasional hukum laut (UNCLOS).

Tumpang tindih ini sering menimbulkan ketegangan di Natuna Utara.

Namun, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) yang juga Ketua Pengarah Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Budi Gunawan, menegaskan bahwa kerja sama antara Indonesia dan China tidak akan mengganggu kedaulatan dan yurisdiksi Indonesia di Laut Natuna Utara.

Hal ini disampaikan oleh Budi Gunawan pada 14 Novemeber 2024 di Jakarta, seperti dilaporkan bnpp.go.id, 15 November 2024.

Menurut Budi, perjanjian kerja sama yang dirancang oleh Presiden Prabowo Subianto bersama Presiden Xi Jinping dilandasi prinsip saling menghormati dan menguntungkan.

“Kerja sama ini dilakukan sesuai ketentuan undang-undang dan peraturan yang berlaku di masing-masing negara,” ujar Budi.

Sebab itu, ketika Indonesia mengindikasikan tertarik membeli rudal anti-kapal China, Yj-12E, hal itu dinilai sebagai bagian dari langkah politik kedua negara.

Kini, di masa pemerintahan Prabowo Subianto, kerja sama militer Indonesia dan China semakin kuat.

Bahkan, kedua belah pihak akan menggelar latihan militer bersama.

Agenda-agenda seperti ini biasanya juga diikuti perogram atau kerja sama lain, termasuk pertukaran teknologi atau akuisisi persenjataan.

Sebab itu, kehadiran Jenderal Liu Zhenli dan serangkaian pembahasan kerja sama mengingatkan kembali bahwa Indonesia pernah dilaporkan berminat membeli Yj-12E.

Jika itu benar, maka jalan akuisisi rudal anti-kapal itu bisa semakin mulus dan lancar

RN/Gusdin/red

Pos terkait