Empat Tahun Merugi, PT Bata Tutup Pabrik di Purwakarta

refubliknews.com,-Purwakarta | PT Sepatu Bata TBK secara resmi menutup pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, per 30 April 2024. Keputusan menutup pabrik ini tidak lepas dari kerugian yang dialami perusahaan tersebut.

“Keputusan untuk menghentikan aktivitas pabrik PT Sepatu Bata TBK yang berlokasi di Purwakarta,” kata Corporate Secretary Sepatu Bata, Hatta Tutuko, seperti dilansir refubliknews.com dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Minggu 5 Mei 2024.

Hatta menuturkan, perusahaan telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir ditengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi serta perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat.

Ia menegaskan, perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik yang beralamat, di Jalan Raya Sadang-Cikampek, Desa Cibening, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta itu. Sebab, permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik Purwakarta terus menurun.

Disisi lain, lanjut Hatta, kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia.

“Dengan adanya keputusan ini, maka perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta,” tegasnya.

Sebagai informasi, Sepatu Bata adalah merupakan merek alas kaki legendaris di Indonesia. Merek ini sudah masuk ke tanah air sejak zaman Hindia Belanda.

Bisnisnya pun terbilang berkembang pesat. Namun, akibat pandemi covid-19 beberapa tahun lalu, nyatanya ikut menghajar bisnis sepatu asal ceko ini.

Pada 2021, perusahaan menutup sejumlah gerai yang kurang menguntungkan. Itu dilakukan sebagai upaya memperbaiki kinerja perusahaan.

Perusahaan menyebut kinerja penjualan perseroan anjlok 49 persen dari Rp 931,27 miliar pada 2019 menjadi Rp 459,58 miliar pada 2020. Imbasnya, kerugian perusahaan di 2019 hanya Rp 23,44 miliar, melonjak jadi Rp 177,76 miliar sepanjang 2020.

Dalam paparannya, perseroan menyatakan penurunan kinerja merupakan dampak pandemi covid-19 yang menekan daya beli masyarakat. Masalah tersebut telah membuat pertumbuhan belanja konsumen melambat dari 5,01 persen menjadi 2,84 persen pada kwartal I 2020.

RN/raffa christ manalu/red

Pos terkait