Dibalik Kasus Pembacokan Pekerja Jembatan Cihambulu, Kades Cijunti Ungkap Fakta Peredaran Narkoba dan Miras

refubliknews.com,-
Purwakarta | Pelaku pembacokan dan pemalakan terhadap pekerja perbaikan Jembatan Cihambulu penghubung Purwakarta-Subang, di Desa Cijunti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta belum menyerahkan diri. Diduga, pelaku bersembunyi di daerah lain pasca kasusnya kini sedang viral.

Fakta baru pun muncul saat Kang Dedi Mulyadi (KDM) mencoba mencari tau keberadaan pelaku. Ternyata, ada dua pelaku dalam kasus pembacokan tersebut, yakni Ipin dan adik iparnya Ebit.

Setelah sebelumnya, hanya berhasil menemui istri dari Ipin. KDM kini menemukan kontrakan Ebit. Ternyata, kintrakan tersebut tidak jauh dari rumah Ipin. Namun, saat didatangi kontrakan itu ternyata sedang tidak ada orang.

Kang Dedi pun kembali kerumah Ipin untuk menemui istrinya Eneng, saat ditanya Eneng mengaku hingga kini tak tahu keberadaan suami dan adiknya itu pasca aksi premanisme beberapa waktu lalu.

“Saya gak tahu pak, adik saya itu sama istri mudanya. Kan istri pertamanya kerja di Libya, dua anaknya dari kecil diasuh karena saya tidak punya anak,” ujar Eneng, dalam keterangannya, pada Rabu 27 Maret 2024.

Sementara itu, Kades Cijunti, Rohata Hardiana mengungkap fakta bahwa, Ipin dan Ebit merupakan residivis kasus narkoba. Bahkan, Ebit sudah dua kali masuk penjara dengan kasus yang sama.

Pria yang akrab disapa Apih Rohata ini mengaku, sudah resah dengan peredaran narkoba dan miras di desanya. Sebab ia sudah mendapatkan informasi berupa sejumlah video yang memperlihatkan anak usia SMP mengkonsumsi miras dan narkoba.

“Makanya, setelah lebaran akan ada penyuluhan terutama bagi para orangtua agar tidak mudah dibohongi oleh anaknya. Sebab, dimungkinkan mereka yang usia SMP sudah mulai pakai,” ungkap Apih Rohata.

Dari informasi yang didapatnya, anak-anak mulanya di cekoki miras dan narkoba jenis obat keras oleh teman gengnya di SMP. Selanjutnya, hal itu menjadi kebiasaan yang berlanjut hingga kini.

“Sumber barangnya kita belum tahu beli obat dan mirasnya dimana. Yang jelas, dari video-video itu mereka masih anak SMP,” ujarnya.

Mendengar hal tersebut, Kang Dedi kaget sekaligus cemas, karena ternyata Desa Cijunti yang dulu dikenal berbudaya dan kreatif ternyata kini sudah mulai disusupi oleh barang haram yang mengancam generasi muda.

“Dari kasus ini, saya tahu ada problem bahwa peredaran narkoba dan miras disini sudah lumayan. Termasuk, diantaranya kedua pelaku (Ipin dan Ebit). Kemudian problem lainnya penggunanya anak umuran SMP,” jelas Kang Dedi.

Kang Dedi berharap, pihak berwajib segera melakukan tindakan atas sejumlah fakta mengejutkan dibalik kasus premanisme ini. Sebab, jika tidak segera dicegah di khawatirkan generasi muda desa cijunti akan semakin terpengaruh oleh hal-hal negatif. Tak hanya itu, ia pun meminta kedua pelaku untuk segera menyerahkan diri dan mengikuti proses hukum yang kini sedang berjalan di Polres Purwakarta.

“Sekarang lebih baik segera ke Polres agar nanti saya bisa menyimpulkan apa sikap selanjutnya. Daripada panjang urusannya ditangkap oleh anggota kepolisian, lebih baik menyerahkan diri,” tandasnya.

RN/raffa christ manalu/red

Pos terkait