refubliknews.com,
Jakarta – Dari Indonesia untuk bung Hatta, “Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar, Kurang cakap dapat dihilangkan, Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki,” agaknya masih relevan kata bijak sang wakil presiden pertama Republik Indonesia itu khususnya dengan kondisi koperasi saat ini.
Tatkala dunia sedang berlomba memenangi persaingan global, menuju dunia yang semakin sempit, menghadapi era digitalisasi atau sering disebut zaman Informasi komunikasi dan Teknologi (ICT), faktor manusia menjadi sangat penting, secanggih apapun teknologinya tetap saja kunci sukses sebuah sistem mutlak pada kompetensi serta kualitas Sumber Daya Manusianya (SDM).
Faktor kecerdasan, kepintaran salah satu kuncinya pendidikan dan pelatihan serta kompetensi bisa diatasi dengan menyisihkan investasi SDM yang lebih besar, secara berkelanjutan, namun manakala kejujuran, budi pekerti, sikap mental, karakter, apalagi mental berkoperasi, yang terkikis agaknya sulit untuk diperbaiki.
Sepertinya pesan itu yang tersirat dari sang proklamator dengan kehidupan yang sangat sederhana, walaupun beliau berpendidikan sangat tinggi, andai mau hidup mapan dan kaya sangat bisa, tapi beliau memilih jalan bersahaja.
Koperasi sebagai kumpulan bukan modal, namun beranggotakan orang-orang, bersifat terbuka, sukarela, demokratis, sisa hasil usaha dikelola dan dibagikan secara adil, kemandirian, gotong royong, kerjasama antar koperasi, serta tak lupa pendidikan dan pelatihan serta kompetensi, agar produktifitas, efisiensi selalu meningkat berkesinambungan.
Faktor mental SDM agaknya memang relatif rumit, walaupun selalu ada solusi, selama pademi covid19, banyak negara (lebih dari 60 negara) yang sudah menyatakan krisis, ditambah lagi harga barang dan jasa bak pembalap tak mau ketinggalan berlomba mendaki, diikuti inflasi, suku bunga, kemudian disusul daya beli yang semakin melorot, otomatis angka kemiskinanpun nambah.
Pada hal Koperasi itu berfungsi sebagai Soko guru penopang Ekonomi bersama BUMN dan Swasta, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kelihatannya pilar tersebut kurang kokoh menopang, beban teramat berat itu,
Indonesia saat membutuhkan kata bijaksana bapak koperasi itu untuk diimplementasikan dalam perkoperasian.
Semoga insan koperasi beserta semua pemangku kepentingan wabil khusus kementerian berkaca ulang untuk memberikan contoh kongkrit praktik nilai-nilai koperasi sesungguhnya kepada sang bapak koperasi, teriring salam serta doa dari Indonesia senantiasa untukmu, Bung.
*Syahnan Phalipi,
*Wakil Ketua Dekopin Jakarta,
*Ketua Umum Founder DPP Hipmikindo,
*Ketua DPN Komnasdik.
RN/indah/red