Petani di Desa Huta Padang Simanosor, Kecamatan Sibabangun, mengeluhTidak adanya Tanggapan dari Pemerintah Desa

republiknews.Com.
Tapteng.
Petani di Desa Huta Padang Simanosor, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) mengeluh, irigasi yang mengairi ke sawah mereka rusak.

Ternyata kondisi kerusakan ini sudah tiga tahun berlangsung. Warga sudah melaporkan keluhan ini ke pemerintahan desa namun tidak pernah terealisasi perbaikannya, sehingga kurang lebih 60 hektar lahan pertanian di Desa itu kekeringan dan tak bisa lagi dimanfaatkan untuk menanam padi.

Tidak adanya tanggapan dari pemerintah desa, warga meminta kepada Bupati Tapteng Masinton Pasaribu agar datang ke desa mereka untuk melihat langsung penderitaan dan mendengar keluhan petani.

Lesmina Siringoringo salah seorang petani desa itu menyampaikan, dulunya saluran irigasi dialiri dari salah satu anak sungai di desa itu, namun saat ini kondisinya sudah rusak sehingga ia dan petani lainnya tidak bisa lagi mengelola lahan persawahan mereka.

“Kami sekarang bermohon kepada Bupati. Kami mau bertani padi untuk dapat makan, namun bagaimana kami bisa makan sementara saat ini sawah kami tak ada air lagi,” ujar Lesmina Siringoringo bersama petani lainnya, Rabu (27/8/2025).

Ia menjelaskan, perbaikan irigasi itu sudah pernah di sampaikan langsung kepada Kepala Desa (Kades), namun oleh Kades menjawab belum ada dana kesitu. Petani juga sempat melakukan pengumpulan dana untuk perbaikan, namun dana yang terkumpul tidak sesuai dengan yang diharapkan.

“Memang saat itu Kades ada memberikan bantuan dana sebesar Rp 4 juta. Namun dana yang dikumpulkan tidak cukup untuk memperbaiki irigasi, lantaran pemilik lahan (lokasi sungai) menginginkan lokasinya harus di bronjong semua,” katanya

Sehingga, harapan masyarakat, irigasi untuk mengalir ke lahan pertanian hingga saat ini tidak dapat tercapai dan harapan petani untuk mengolah lahan padi mereka sirna.

Para petani mengaku, apabila tidak ada solusi dari pemerintah untuk perbaikan irigasi itu, maka mereka berencana akan mengalihkan lahan sawah mereka menjadi lahan sawit dari pada menjadi hutan yang tak terurus.

Lesmina menjelaskan, luas lahan yang dikelola petani padi ada mencapai 60 hektar, dan seluruhnya ditanami padi yang dapat menghasilkan sekali panen mencapai 50 sampai 60 ton.

“Kalau pemerintah ada rasa kasihan kepada kami, maunya dibangunlah irigasi kami, itu saja permohonan kami. Saya sudah tua, namun selalu berulang-ulang datang ke lokasi ini untuk gotong royong dan survey bersama PPL,” katanya seraya menegaskan PPL sudah ada empat kali datang melakukan survey, namun tetap tidak ada pembangunannya.

Petani lainnya, Rohani Sihombing yang menunjukkan lahan pertanian padi milik warga yang sudah mengering menyebutkan bahwa lahan sawah itu dulunya seluruhnya ditanami padi sekitar 60 hektar. Kalau panen dan menjual ada mencapai 50 ton. Lain lagi yang disisakan untuk keluarga.

Sambil menangis, Rohani bermohon kepada Bupati Masinton untuk memperbaiki irigasi mereka yang rusak.

“Mohon Pak Bupati, biar bisa makan petani di desa ini. Kasihani kami masyarakatmu ini, sudah lebih dua tahun kami tidak bisa bersawah,” tuturnya memohon.

Ia menyebut, sebelum mereka berencana mengalih fungsikan lahan mereka menjadi tanaman sawit, sebaiknya Bupati turun langsung meninjau lahan pertanian mereka.

“Dengar keluhan kami Pak Bupati, agar kami rakyat mu ini bisa menanam padi, berikan kami tali air agar sawah ini bisa berfungsi lagi,” keluhnya.

Menurutnya, para petani di desa itu kini semakin menjerit ditengah kondisi adanya kenaikan harga beras. Rohani mencontohkan, kalaulah petani memiliki anak lima orang, maka wajib membeli beras satu setengah kaleng.

“Bagaimana caranya kami membeli beras ini, beli ikan asin saja sudah kesulitan. Bagaimana kami menghidupi anak-anak kami, sedangkan suami masing-masing menderes. Bisa dibayangkan, penghasilan karet hanya 30 Kg per minggu dan itu pun dibagi tiga sama pemilik kebun, lantas apalagi yang bisa dimakan petani seperti kami,” ungkapnya seraya melap tetesan air matanya.

Ia berharap, agar hati Bupati terbuka melihat penderitaan petani di desanya dengan memperbaiki segera irigasi yang rusak, sehingga petani tidak membeli beras lagi.

RN/Sefri F.Siahaan/red

Pos terkait