refubliknews.com,
Subang – Kekisruhan PPDB SMAN 1 Kalijati, Kabupaten Subang, hingga kini masih terus memanas, bahkan sampai menuai sorotan keras publik.
Kabar terbaru, para orangtua ke 11 calon siswa menolak solusi yang ditawarkan oleh pihak Komisi V DPRD Jawa Barat dan Kepala Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah IV Purwakarta.
Diketahui, pihak Komisi V DPRD Jawa Barat dan KCD Pendidikan Wilayah IV Purwakarta, memberikan solusi kepada para orangtua calon siswa, agar anak-anak mereka bersekolah di SMA Terbuka (SMATER).
Solusi tersebut diambil tanpa ada musyawarah dengan pihak orangtua calon siswa, pihak DPRD Jabar dan KCD hanya bermusyawarah dengan pihak SMAN 1 Kalijati.
Solusi yang ditawarkan oleh pihak KCD tersebut, tidak sesuai dengan apa yang diusulkan oleh Kadisdikbud dan Bupati Subang, kepada Kadisdik Jawa Barat yang meminta ke 11 anak ini ditampung di SMAN 1 Kalijati dengan menambah ruang kelas baru atau menggunakan ruang yang ada untuk sementara waktu.
Keputusan dari pihak KCD dan Komisi V DPRD Jabar malah berencana membuka SMATER untuk 11 calon siswa yang tak bisa sekolah ke Swasta karena terkendala ekonomi keluarga.
Andi Lukman Hakim, mewakili para orang tua calon siswa mengaku, para orangtua menolak solusi yang diambil oleh KCD Pendidikan Wilayah IV Purwakarta dan Komisi V DPRD Jabar, tentang rencana membuka SMATER.
“Penolakan tersebut didasari karena kegiatan belajar mengajar di SMATER tak efektif, hanya seminggu 2 kali yakni akhir pekan saja,” ujar Andi, kepada awaq media, pada Kamis 27 Juli 2023.
Disisi lain, para orangtua juga menilai dengan 11 calon siswa, pembelajaran tak akan efektif dan guru juga tak akan bisa melakukan pembelajaran secara maksimal.
“Guru mengajar 11 siswa di akhir pekan, saya rasa gak akan semaksimal mengajar di kelas seperti di SMAN 1 Kalijati, selain materi pelajaran yang disampaikan, juga gak akan maksimal bisa ditangkap oleh siswa dengan keterbatasan sarana dan prasana di SMATER yang rencananya menggunakan sekolah SD,” kata Andi
Andi menuturkan, solusi membuka SMATER bukan solusi yang baik, pihak KCD berarti tak memikirkan dampak psikologi para siswa yang selama ini ingin bersekolah di SMAN 1 Kalijati bersama teman-temamnya diwaktu SMP.
“Solusi membuka SMATER ini memberikan dampak psikologis yang cukup berat bagi anak, mereka bisa malas belajar karena sekolah hanya seminggu dua kali di waktu anak sekolah lainnya libur, dan diwaktu anak lain sekolah resmi, ke 11 anak ini hanya diam dirumah,” tuturnya
Menurut keterangan para orangtua siswa, mereka memutuskan untuk menolak SMATER yang diwacanakan berjalan Agustus karena masih menunggu SK Gubernur Jawa Barat.
“Para orangtua ke 11 siswa tersebut, mereka memilih tak menyekolahkan anaknya ke SMATER maupun ke Swasta, mereka lebih memilih menunggu tahun depan setelah ada Ruang Kelas Baru (RKB) atau penambahan rombel,” ungkap Andi Lukman Hakim.
Dari hasil investigasi awaq media dilapangan, pada pelaksanaan PPDB di SMAN 1 Kalijati, Subang, puluhan orangtua siswa dari Desa Banggala Mulya, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, telah melakukan aksi protes dengan mendatangi SMAN 1 Kalijati pada pekan lalu, akibat anak-anak mereka tidak diterima disekolah tersebut.
Warga desa terpencil tersebut, kecewa karena anaknya tidak keterima sekolah di SMAN 1 Kalijati, padahal, SMA tersebut merupakan satu-satunya sekolah yang terdekat dari lingkungan desa mereka.
Diketahui, siswa SMP dari Desa Banggala Mulya, Kecamatan Kalijati, yang ingin melanjutkan pendidikan mereka ke SMAN 1 Kalijati, sebanyak 39 orang, dari ke 39 orang siswa tersebut, satupun tidak ada yang keterima di SMAN 1 Kalijati.
Neni, salah satu orangtua siswa yang anaknya tidak keterima di SMAN 1 Kalijati mengaku, sangat kecewa dengan pihak sekolah.
“Kami selaku orangtua sangat kecewa, karena kami asli warga Kecamatan Kalijati, tapi anak kami tak diterima sekolah di SMAN 1 Kalijati dengan alasan, desa kami diluar zonasi, di Kecamatan sendiri anak kami tidak diterima, apalagi di Kecamatan lain,” sebut Neni, sembari bertanya.
Sementara itu, Dedi Ahmadi, Wakasek Bidang Humas dan Satpras SMAN 1 Kalijati mengakui, bahwa Desa Banggala Mulya tidak masuk area zonasi SMAN 1 Kalijati, Subang.
“Kami dari pihak sekolah juga tidak mengerti dengan aturan provinsi, kenapa Desa Manggala Mulya tidak masuk zonasi ke SMAN 1 Kalijati, padahal Desa tersebut masih wilayah Kecamatan Kalijati,” ujar Dedi.
Kami sangat prihatin dengan anak-anak di Desa Banggala Mulya, karena tidak terakomodasi untuk masuk ke SMAN 1 Kalijati.
“Kasihan mereka tidak bisa sekolah, mereka anak-anak calon pemimpin bangsa ini, mereka adalah korban sistem, karena sistem zonasi yang dipakai pemerintah, akhirnya mereka tidak diterima di SMAN 1 Kalijati, apalagi kalau sekolah ke SMAN yang lain diluar Kecamatan Kalijati,” ucap Dedi.
Dedi berharap, pihak Dinas Pendidikan Jawa Barat bisa segera memberikan solusi, agar anak-anak yang berjumlah 39 siswa tersebut bisa sekolah di SMAN 1 Kalijati yang merupakan sekolah impian mereka.
“Solusinya cuma satu, Dinas Pendidikan Jawa Barat harus menambah ruang kelas baru (RKB) di SMAN 1 Kalijati, yang saat ini baru memiliki ruangan 8 kelas,” harap Dedi Ahmadi.
Ditempat terpisah, Budi Hermawan, Kepala Cabang Dinas (KCD) Wilayah IV Purwakarta, ketika akan dikonfirmasi awaq media dikantornya, dikawasan Situ buleud Purwakarta, hingga berita ini ditulis belum bisa ditemui untuk memberikan klarifikasi jawaban secara resmi.
RN/rafael christian manalu/red