refubliknews.com,- “Sebuah Pusara, Sejuta Warisan: Dari Tempat Sunyi di Karet Bivak, Doa-doa Mengalir untuk Lelaki yang Mengirim Nilai, Bukan Sekadar Paket”
Jakarta – Tepat sepuluh tahun setelah wafatnya tokoh besar dunia logistik nasional H. Soeprapto Soeparno, pendiri TIKI dan JNE, suasana hening menyelimuti TPU Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin pagi, 23 Juni 2025. Bukan hening kosong. Tapi hening yang dalam—berisi doa, cinta, dan kenangan yang tak lekang waktu.
Ratusan pegawai dan pimpinan dari dua perusahaan besar—TIKI dan JNE—bersatu dalam satu barisan. Bukan untuk urusan bisnis. Tapi untuk ziarah bersama dan mengirimkan doa tulus bagi sosok yang telah mengubah wajah pengiriman barang di negeri ini menjadi lebih dari sekadar transaksi.
Dipimpin oleh Ustadz Subeki Al Bukhori, ziarah ini menjelma menjadi ritual penuh spiritualitas, di mana pusara menjadi saksi bahwa kebaikan yang ditanam tak pernah benar-benar mati.
“Kami Tidak Pernah Tinggalkan Nilai Itu” – Feriadi Soeprapto
Dengan suara bergetar namun penuh keyakinan, Mohammad Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE sekaligus putra almarhum, menyampaikan sambutan usai doa bersama.
“Ayah kami tidak hanya meletakkan dasar bisnis. Beliau meletakkan dasar nilai. Dan hari ini, kami datang bukan sebagai direksi atau staf, tapi sebagai anak-anak spiritual beliau. Kami datang sebagai penjaga warisan,” ucap Feriadi.
Ia menegaskan bahwa semangat “Connecting Happiness” bukan slogan pemasaran, tapi wasilah hidup yang diwariskan sang ayah.
“Setiap senyum kurir, setiap pengantaran amanah, setiap program sosial—itu semua adalah lanjutan dari nilai yang beliau tanam. Nilai yang hari ini kami rawat, kami jaga, dan kami doakan,” tambahnya.
Ustadz Subeki Al Bukhori: “Beruntunglah Orang yang Dikenang karena Kebaikannya”
Ustadz Subeki Al Bukhori dalam ceramah singkatnya menyampaikan bahwa H. Soeprapto Soeparno adalah contoh nyata dari sabda Nabi:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
“Beliau telah wafat, namun amalnya terus hidup. Inilah yang disebut amal jariyah. Ribuan orang hidup dari perusahaan yang beliau dirikan. Jutaan paket dikirim, tapi lebih dari itu—jutaan keberkahan terus bergerak,” ujar Ustadz Subeki.
Ia menutup doa haul dengan kalimat menggugah:
“Semoga Allah lapangkan kubur beliau, terangi dengan cahaya iman, dan jadikan setiap langkah kebaikan yang dilakukan perusahaan ini sebagai tambahan amal beliau di akhirat.”

Samsul Djamaludin: “Haul Bukan Sekadar Tradisi, Tapi Titik Balik Niat Kita”
Samsul Djamaludin, Group Head Quality Assurance, Governance & Compliance JNE, yang juga memimpin prosesi haul bersama tim, menyebut bahwa haul adalah muhasabah manajemen.
“Kita bisa hitung untung rugi perusahaan. Tapi bagaimana cara kita menghitung keikhlasan dan keberkahan? Haul ini adalah kalkulasi hati,” tegas Samsul.
Samsul yang juga menjadi salah satu penjaga etika dan sistem tata kelola perusahaan, menyampaikan bahwa warisan almarhum adalah nilai yang tertanam dalam prosedur dan keputusan perusahaan sehari-hari.
“Kami bukan hanya jaga kualitas paket, tapi jaga kualitas niat,” ujarnya.
Acik MK: “Dari Jauh, Kami Kirim Doa Tanpa Henti”
Sementara itu, Acik MK, Manajer QMS & QEC JNE, yang berhalangan hadir karena tugas kerja, menyampaikan melalui pesan resminya:
“Saya turut mendoakan dari jauh. Karena haul ini bukan hanya tentang hadir secara fisik, tapi tentang menjaga ikatan batin kita terhadap nilai Pak H. Soeprapto. Beliau mengajarkan bahwa sistem kerja itu harus jujur, bersih, dan manusiawi. Itulah yang saya dan tim terus jaga.”
Dua Pusaka: TIKI dan JNE, Dua Jalur, Satu Niat
Dua perusahaan raksasa ini—TIKI dan JNE—memang kini berjalan di jalur berbeda. Namun satu hal yang tak bisa dipisahkan adalah akar nilai yang sama: visi kebaikan untuk Indonesia.
Peristiwa ziarah bersama ini menunjukkan bahwa meski struktur berubah, roh perusahaan tetap hidup dan satu. Ziarah ini bukan hanya mengenang pendiri. Tapi juga menyatukan semangat lintas waktu dan generasi.
Penutup: Dari Pusara ke Amanah Masa Depan
Haul ini ditutup dengan doa bersama, penaburan bunga, dan sesi ramah tamah di RM Sederhana Sudirman Park. Namun lebih dari itu, haul ini adalah pernyataan batin dan ikrar moral: bahwa yang dibangun oleh hati, hanya bisa dilanjutkan oleh hati pula.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ قَبْرَهُ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ، وَاغْفِرْ لَهُ، وَارْفَعْ دَرَجَاتِهِ، وَاجْمَعْنَا بِهِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
“Ya Allah, jadikanlah kuburnya taman dari taman-taman surga. Ampunilah dia. Angkat derajatnya. Dan kumpulkan kami bersamanya di surga-Mu.”
Semoga kita semua bisa menjadi penerus nilai, bukan sekadar penerus nama. Zakaria ( Bang zeck)
RN/ Sulaeman /red